Malam Jumat, 17 Ramadhan, kala itu adalah malam yang kelam. Tiga lelaki bersepakat dalam gelap. Pedangnya terhunus, matanya menyalak-nyalak. Si pemimpin, Abdurrahman bin Amru –kemudian lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Muljam– menyampaikan skenario jahat. Di kepalanya masih terngiang-ngiang bagaimana kerabat dan kawan-kawannya terbunuh di Nahrawan. Dendamnya menggumpal di dada. “Aku akan menghabisi Ali bin Abi Thalib,” katanya berbulan-bulan sebelum malam itu. Kawannya yang lain juga berencana. Al Burak bin Abdillah berharap dapat membunuh Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu (ra.), sedangkan Amru bin Abu Bakar berencana membunuh Amr bin Ash ra.
Lanjutkan membaca Benar Berwajah Munkar