Negeri Sukun : Kelakar Sang Kiai untuk Negeri

1 min read

“Orang-orang harus mengerti bahwa Negeri Sukun merupakan negeri yang unik. Negeri Sukun adalah negeri dengan ribuan sukun. Bila tidak sukun pun, rupanya adalah dhammatain. Sehingga setiap kali disebut, yang terdengar di akhir nama penduduknya adalah –un. Semua rata, tidak ada yang tidak sama. Kiai Badrun, Jarun, Muslimun, Hindun, Manun, Lailatun, Qomariyatun, Makmun. Semua –un. Tidak ada, atau lebih tepatnya, tidak boleh ada nama selain memakai akhiran –un. Ini adalah amar dari leluhur, katanya. Tidak boleh dilanggar meski tidak pernah jelas siapa yang memulai adat ini. Bahkan, Kiai Badrun sekalipun tidak pernah tahu sebenar-benar asal muasal warisan adat ini.

Semua nama penduduk di negeri ini juga hanya satu kata. Entah siapa pula yang membuat peraturannya. Namun, tradisi adalah jalan yang harus selalu dihormati. Mencederainya hanya akan menambah masalah negeri, kata para tetua.

Orang-orang pun percaya bahwa nama Negeri Sukun diambil karena nenek moyangnya selalu ingin hidup tenang dan rukun. Sakinah, intinya. Karena memang dua kata itu, sukun dan sakinah, punya akar makna yang sama. Maka, segala pertikaian, selisih pendapat, atau apapun harus di-sukun-kan, dihentikan. Berhenti pada satu titik, kadang berpanjangan dan konstan. Harakat-nya teratur, tidak sembarang bunyi atau mengetuk.”

 

Paperback, 238 pages
Published : March 2009 by Penerbit Republika
Original Title : Negeri Sukun
ISBN: 139789791102490
Edition Language: Indonesian
Saat ini sudah tidak lagi dicetak dan hanya tersedia di toko buku online.

Ahmad Fuady

Bermula dari sebuah blog kecil bernama farranasir.multiply.com yang kini telah almarhum, situs ini kemudian menjadi ladang menabur apa saja yang berkecamuk di dalam kepala saya. Itu saja.

Jejak saya yang lain dapat saja Anda temukan di mana saja, baik atas nama saya atau sudah diaku-aku oleh orang lain di halaman mereka. Tidak apalah. Yang otentik itu bukankah hanya Tuhan?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Latest from Blog

Kelas Standar JKN Setengah Hati

Kita menghadapi masyarakat yang tersegregasi. Sebagian—juga karena keterpaksaan—dapat menerima jika mereka harus antre berjam-jam sejak subuh

Populisme Vaksin

Vaksin Nusantara terus melenggang meski diterpa banyak penolakan. Bahkan, Terawan Agus Putranto dengan sangat demonstratif memeragakan