Tulisan ini adalah versi bahasa Indonesia dari artikel utama yang dimuat di The Independent Observer dalam bahasa Inggris pada 6 Februari 2021. Tulisan asli dapat dilihat di sini. Suntikan vaksin di lengan
(Baca dua tulisan sebelumnya, “COVID-19, Penutupan Sekolah, dan Krisis Sosial” dan “COVID-19 pada Anak Usia Sekolah: Waswas?”) Setelah membahas tentang implikasi krisis sosial dari penutupan sekolah dan memahami data sebaran COVID-19 pada
More(Baca tulisan sebelumnya tentang “COVID-19, Penutupan Sekolah, dan Krisis Sosial”) Sebagian pakar pun menganggap anak-anak adalah kelompok rentan terinfeksi. Ini menimbun kekhawatiran yang lebih banyak lagi di benak para orangtua. Namun, bukti
MoreSemenjak COVID-19 menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia, banyak negara mengambil langkah cepat untuk menghambat transmisi penyakit dengan membatasi mobilitas manusia. Salah satu yang kerap dilakukan adalah menutup sekolah – dan anak-anak
MoreDosa para politikus adalah memproduksi kebijakan yang serampangan. Dosa para saintis adalah mengklaim hasil penelitiannya – bahkan persona dirinya – secara berlebihan.
MoreMandeep Mehra, penulis utama kedua artikel tersebut, mencoba melakukan review kembali data yang dianalisis dengan mengundang pihak ketiga dengan ijin Sapan Depai, pimpinan Surgisphere yang juga menjadi penulis dalam artikel tersebut.[i] Sayangnya,
MoreYang perlu dilakukan adalah mencari titik tawazun, keseimbangan. Bukan saling menafikan, tetapi meletakkan kepentingan kesehatan dan ekonomi secara proporsional agar masyarakat tidak terjengkang dalam satu lubang yang justru menyengsarakan banyak pihak. Kita
MoreKetika novel coronavirus – virus jenis corona yang baru dan kemudian diberi nama Sars-Cov2 ini – menyebar di muka bumi, kita ternyata masih tergagap-gagap. Badan Kesehatan Dunia sempat maju mundur sebelum akhirnya
More