Doa orangtua sepenuhnya baik. Impian masa kecil saya sudah terkubur. Tetapi, impian masa depan saya tetap terpelihara: menemukannya kembali bersama di surga.
Ayah memang tak pernah ada di depan saat tarawih. Ia ada di belakang, menjaga anak-anak yang seringkali membuat berisik, berlarian, bahkan memasang petasan. Ayah mengambil “pekerjaan kotor” untuk menertibkan mereka. Menyangkutkan selendang
MoreDoa orangtua sepenuhnya baik. Impian masa kecil saya sudah terkubur. Tetapi, impian masa depan saya tetap terpelihara: menemukannya kembali bersama di surga.
MoreShalat-shalat pertama saya bersama Ayah adalah serangkai shalat Jum’at yang berturutan tiap pekan. Sayangnya, semakin saya besar, semakin sulit diajaknya ke masjid kala itu, apalagi untuk shalat maghrib dan isya. Perkaranya sepele.
MoreTapi, tidak dengan apa yang diajarkan Ayah kepada saya sejak kecil. Saya mulai diplot untuk berceramah oleh Ayah sejak kelas 1 SD. Menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, Ayah membujuk saya agar
MoreSaat pertama kali saya ke luar negeri karena mendapat fellowship studi riset, Ayah saya cemas luar biasa. Bukan karena saya tak punya uang, tapi lebih karena Ayah tak pernah melihat saya bicara
MorePekan lalu tepat usia saya 27 tahun berdasarkan akte lahir. Panjang kisahnya bila saya ceritakan pada tanggal berapa sebenarnya saya lahir. Mami –begitu saya memanggil ibu saya, tidak mengingat dengan jelas kapan
More