Tulisan opini saya di The Jakarta Post pada Hari Tuberkulosis Dunia, 24 Maret 2017. Link asli di sini. Who should be blamed for Indonesia being ranked second in tuberculosis (TB) incidence worldwide?
MoreBuku kecil yang berupaya memberikan pemahaman dasar mengenai universal health coverage (jaminan kesehatan universal) dan implementasinya di Indonesia. Saya menggunakan kata ‘universal’, bukan ‘semesta’ atau ‘nasional’ untuk membedakan antara prinsip dan teknis
MoreTapi, saya lantas memilih tertawa geli sendirian. Saya hanya menduga mungkin Tuhan sedang tersenyum-senyum geli juga melihat kami sambil bercanda, “Kamu pikir sing ngatur uripmu kamu sendiri, Le?” Ini Canda Tuhan #4.
MoreBetapa malang anak lelaki saya ini. Bapaknya sibuk meneliti tentang tuberkulosis (TB), ia sendiri tak sempat divaksin BCG di negeri yang peringkat tuberkulosisnya tertinggi kedua di dunia. Pasalnya unik. Di usia ke-40
MoreSalah satu kemewahan Indonesia yang tidak dapat dinikmati di Belanda adalah cukur rambut murah. Ketika rambut saya panjang, mulailah saya merindukan tukang pangkas rambut di ujung gang yang jadwalnya padat minta ampun.
MoreKami berboncengan motor ketika istri saya –yang duduk menyamping di belakang dengan rok panjangnya memutuskan untuk ikut ke Hotel Borobudur. Itu kali kesekian saya melamar beasiswa untuk mengambil program master setelah
MoreDoa orangtua sepenuhnya baik. Impian masa kecil saya sudah terkubur. Tetapi, impian masa depan saya tetap terpelihara: menemukannya kembali bersama di surga.
More