Tapi, tidak dengan apa yang diajarkan Ayah kepada saya sejak kecil. Saya mulai diplot untuk berceramah oleh Ayah sejak kelas 1 SD. Menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, Ayah membujuk saya agar
Sebelum saya bercerita tentang buru-memburu profesor, saya membuka-buka masa kecil saya di masa lalu. Saya mengingat-ingat, saya bukan anak kecil yang ambisius. Hidup berjalan apa adanya saja. Saya melihat Ayah dan mengira-ngira
MoreAyah memang tak pernah ada di depan saat tarawih. Ia ada di belakang, menjaga anak-anak yang seringkali membuat berisik, berlarian, bahkan memasang petasan. Ayah mengambil “pekerjaan kotor” untuk menertibkan mereka. Menyangkutkan selendang
MoreAyah dan Mami adalah antitesa satu sama lain dalam hal belanja. Ayah hampir tidak pernah menawar harga, sedangkan Mami adalah wanita paling lihai yang pernah saya lihat dalam hal tawar-menawar. Tapi, dari
MoreShalat-shalat pertama saya bersama Ayah adalah serangkai shalat Jum’at yang berturutan tiap pekan. Sayangnya, semakin saya besar, semakin sulit diajaknya ke masjid kala itu, apalagi untuk shalat maghrib dan isya. Perkaranya sepele.
MoreBagi anak-anak, lebaran adalah murni perayaan, juga hadiah. Entah sejak kapan kultur itu didedahkan. Yang saya pahami, orangtua saya berbagi tugas untuk memberikan hadiah kepada anak-anaknya yang masih kecil. Mami membelikan kemeja
MoreTapi, tidak dengan apa yang diajarkan Ayah kepada saya sejak kecil. Saya mulai diplot untuk berceramah oleh Ayah sejak kelas 1 SD. Menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, Ayah membujuk saya agar
MoreYang saya kenang dari Ayah adalah hari-hari Jumat saya bersamanya. Usia saya menginjak angka lima saat pertama kali Ayah menuntun tangan saya ke masjid untuk shalat Jum’at. Ajakan itu yang selalu saya
More