//

Khutbah Idul Fitri 1440 H: Kemenangan dan Kasih Sayang

37 mins read

Khutbah Idul Fitri 1440 H

Kemenangan dan Kasih Sayang

Ahmad Fuady

 

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

الله أكبر 7x الله أكبر. الله أكبر لا إله إلا الله. الله أكبر. الله أكبر. ولله الحمد.

الله أكبر كبيرا، والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا.

الله أكبر بفضله، الله أكبر بحلمه وعفوه، الله أكبر بجوده وكرمه، الله أكبر رفع السماوات بغير عمد، وبسط الأرض بغير عنت، وسخر الليل والنهار للعمل والسكن، وأنزل الغيث على عباده برحمته، وسخر الأفلاك دائرة بحكمته وقدرته.

الحمد لله الذي امتن علينا بنعمة الإسلام، وشرح صدورنا بنور الإيمان، وأفاض علينا بآلائه العظام حيث جعلنا من خير أمة أخرجت للناس، وأنزل علينا أعظم كتاب وأحكمه، ويسر لنا أمر طاعته، وبشر المتقين بجنته، وحذر المعرضين بأليم عقابه.

الحمد لله إله الأولين والآخرين، وقيوم السماوات والأراضين، ومالك يوم الدين، الذي لا عز إلا في طاعته، ولانعيم إلا في قربه، ولاصلاح للقلب ولافلاح إلا في الإخلاص له وتوحيد حبه.الحمد لله الذي تفرد بالعظمة والبقاء، والعز والكبرياء، والجود والعطاء.وله الحمد ما ذكره الذاكرون، وغفل عنه الغافلون، وله الحمد عدد خلقه، وزنة عرشه، ومداد كلماته، ورضا نفسه.

أما بعد فيأيها المؤمنون والمؤمنات:أوصيكم ونفسي بتقوى الله تعالى، فهي وصية الله للأولين والآخرين، قال تعالى: ﴿ وَللهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللهَ ﴾

 

Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Pada bulan Ramadhan, delapan tahun setelah Rasulullah ﷺ hijrah dari Mekkah ke Madinah, beliau kembali ke kampung halamannya, Mekkah, dengan kemenangan yang besar. Tidak ada satu orang pun di Mekkah yang menyangka jika hari itu Muhammad  kembali ke Mekkah dengan kekuatan besar yang sulit ditandingi. Padahal, delapan tahun sebelumnya, Muhammad ﷺ dan pengikutnya harus hijrah ke Madinah setelah bertahun-tahun dihina, dicaci, diboikot, dan diolok-olok oleh kaum kafir Quraisy. Hari itu, Muhammad ﷺ datang dengan 10 ribu orang dalam dalam empat pasukan terpisah. Zubair bin Awwam memimpin pasukan masuk ke Mekkah dari utara, Khalid bin Walid ra. dari selatan, Sa’ad bin Ubadah ra. dari barat, dan Abu Ubaidah bin Jarrah ra. dari bagian atas, dari arah kaki gunung Hind.

Kemenangan itu sudah begitu nyata bagi kaum muslimin. Tetapi, apakah Muhammad ﷺ datang dengan membawa dendam dan membalaskannya kepada orang-orang yang dulu pernah menyakitinya, mengusirnya, mengatakan bahwa dirinya gila dan tukang sihir? Tidak sama sekali. Muhammad ﷺ justru melarang adanya pertumpahan darah. Kaum muslimin datang kembali ke Mekkah dengan damai. Rasulullah ﷺ datang dengan membawa perspektif baru tentang kemenangan. Ini bukan tentang mengalahkan orang lain, merendahkan orang lain, menguasai harta dan kekayaan musuh, atau membesarkan diri sendiri. Kemenangan sejati adalah mengekang hawa nafsu dari kesombongan, serta menebar kasih sayang dan keselamatan.

Inilah yang disebut Fathu Mekkah, Penaklukan Kota Mekkah. Ketika melewati rumah Abu Sufyan, pemimpin kaum kafir Quraisy, Saád bin Ubadah sempat berteriak, “اليوم يوم الملحمة”, Hari ini hari pembantaian. Namun, Rasulullah ﷺ segera mengoreksinya. Kata beliau, “ الْيَوْمَ يَوْمُ الْمَرْحَمَةِ، الْيَوْمَ أَعَزّ اللّهُ فِيهِ قُرَيْشًا”. Hari ini adalah hari kasih sayang, hari ketika Allah memuliakan orang-orang Quraisy. Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, ia selamat. Siapa yang masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya, ia selamat. Siapa yang masuk ke Baitullah, ia selamat. Tidak ada satu kekerasan pun yang terjadi, baik fisik maupun verbal.

Lihatlah betapa mulianya karakter Rasulullah ﷺ! Fathu Mekkah adalah simbol kemenangan sejati. Di dalamnya ada kearifan sosial dan kerelaan manusia satu sama lain. Rasulullah mengajarkan kita menebarkan kasih sayang, bukan kebencian. Rasulullah mendorong kita untuk menerima satu sama lain dalam perbedaan, bukan saling menyingkirkan.

Ketika selesai berthawaf, Rasulullah berdiri di depan pintu Ka’bah, lalu menyampaikan satu ayat, Al Hujurat: 13,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Kemudian, Rasulullah bertanya, “Wahai orang-orang Quraisy, bagaimana menurutmu cara aku memperlakukan kalian semua?” mereka menjawab, “Baik. Engkau saudara yang baik, dan keponakan yang baik.” Maka, Rasulullah berkata kepada mereka, اذْهَبُوافَأَنْتُمْالطّلَقَاءُ “Pergilah. Kalian semua bebas.”

Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Hari ini kita sampai di hari yang dinanti-natikan setelah satu bulan menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Kita sering menyebutkannya, “Inilah hari kemenangan.” Tapi, apakah kemenangan yang kita maksudkan itu?

Rasulullah telah mencontohkan teladan terbaik. Kemenangan yang sebenarnya adalah kemampuan kita untuk mengekang hawa nafsu. Hawa nafsu bukan sekadar keinginan makan dan minum, hasrat untuk mengumpulkan harta, atau kecintaan untuk bersenang-senang. Hawa nafsu juga berupa rasa tinggi hati, sombong, menyepelekan orang lain, dan keinginan membalas keburukan orang lain dengan keburukan.

Betapa sering kita merasa sakit hati karena perkataan saudara kita, lalu kita begitu ingin membalaskannya. Jika kita merasa seperti itu, ingatlah Rasulullah . Tak terhitung siksaan yang datang kepadanya, luka darah di tangan dan kakinya, cemoohan dan boikot yang tak henti-henti dari orang yang memusuhinya. Sakit hati kita tentu teramat kecil. Mereka yang membuat kita sakit hati adalah saudara kita sendiri yang kita temui sehari-hari, bukan musuh yang menyiksa kita bertahun-tahun. Maka pandang mereka dengan pandangan kasih sayang. Berpikir positiflah terhadap saudara kita sendiri.

اِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

“Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” (Al Hujurat: 12)

Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Khalifah Umar bin Khattab pun sempat memberi nasihat,

لاَ تَظُنَّنَّ بِكَلِمَةٍ خَرَجَتْ مِنْ أَخِيْكَ سُوْءً وَأَنْتَ تَجِدُ لَهَا فِي الْخَيْرِ مَحْمَلاً

“Janganlah sekali-kali engkau menyangka dengan prasangka yang buruk terhadap sebuah kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu, padahal kalimat tersebut masih bisa engkau bawakan pada (makna) yang baik.”

Jika ada sesuatu yang baik dari saudara kita, meski itu menyakitkan, berpikirlah positif tentang kebaikan itu. Jika ada yang buruk dari saudara kita, carilah udzur-nya. Sebanyak-banyaknya. Barangkali ia tengah mengalami masalah sehingga keliru dalam cara menyampaikannya. Barangkali ia sedang lelah sehingga mukanya cemberut. Bukan karena membenci kita. Barangkali ia lupa memberitahu kita tentang suatu kabar, bukan sengaja melupakan atau menyembunyikannya dari kita.

Betapa sering kita merasa lebih baik dari saudara kita, lalu kita merendahkan dan menjelek-jelekkan mereka. Betapa sering pula kita membicarakan keburukan saudara kita, ber-ghibah, berprasangka buruk; dan kita menikmati semua itu. Ketika suhu politik meningkat, kita turut larut dalam obrolan yang memaki, posting-an yang menyerang, sebaran berita yang kita tak tahu kebenarannya, serta argumen yang menghinakan lawan. Jika kita masih seperti itu, ingatlah Rasulullah. Siapa manusia yang lebih baik dari dirinya? Siapa orang yang telah dipilih Allah secara eksplisit sebagai kekasihNya? Tapi, pernahkah kita mendengar Rasulullah merendahkan saudaranya, bahkan musuhnya? Ketika beliau dicela setiap hari oleh seorang janda buta yang miskin, Rasulullah masih menyuapinya dengan kasih sayang. Dilumatnya makanan itu dulu di mulutnya sebelum ia menyuapkannya ke mulut janda Yahudi yang membencinya setengah mati.

Itulah kemuliaan sifat kasih sayang Rasulullah! Kita bukan siapa-siapa. Allah belum menjamin surga untuk kita, bahkan surga level paling rendah sekalipun. Maka, kita seharusnya berupaya jauh lebih keras untuk memperbaiki diri, untuk tidak memperlebar jarak antara kita dan keridhaan Allah ﷻ.

Ramadhan semestinya telah melatih kita untuk mengubur semua sifat buruk itu dan menggantinya dengan kebaikan. Ramadhan seharusnya telah membimbing kita untuk menahan prasangka buruk, bergunjing, dan mendendam, serta menggantinya dengan kasih sayang. Jika hari ini kita saling bermaafan, bukalah hati selebar-lebarnya dan berikanlah pemaafan yang sempurna. Bukan sekadar formalitas maaf bermaafan lebaran. Mulailah menyusun harapan-harapan baik untuk saudara kita sendiri. Doakan petunjuk dan hidayah yang semoga Allah rawat selamanya di jalan kasih sayang al Haqq. Kuburlah kenangan-kenangan buruk yang pernah hadir bersama mereka. Tanamlah kasih sayang untuk tumbuh dan berkembang bersama dalam indahnya nilai-nilai Islam. Itulah kemenangan sejati di Idul Fitri.

Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Mencontoh Rasulullah juga berarti berupaya keras untuk menjadi pribadi yang lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Orang-orang yang bertakwa adalah orang yang berkembang menjadi orang yang paling baik bagi keluarganya sendiri, serta mencintai keluarga mereka dengan sepenuh hati dan sepenuh keimanan. Ketika Rasulullah Saw. ditanya tentang seperti apakah orang yang paling baik, beliau menjawab,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kita membangun masa depan anak-anak kita dari dalam rumah kita sendiri. Rumah harus kita jadikan ruang utama penanaman kasih sayang dan pintu untuk mencurahkan perhatian. Berapa banyak anak-anak yang hancur masa depannya, tidak jelas arah kehidupannya, dan tersesat jalan pikirannya, karena andil kerusakan dan keburukan yang dilakukan ayah dan ibu mereka di rumah. Maka, penuhilah ruang keluarga kita dengan canda dan kasih sayang.

Rasulullah adalah juga pribadi yang menyenangkan bagi anak-anak sehingga beliau dapat dekat dan diterima dengan mudah ketika mengajak mereka kepada kebaikan.Rasulullah juga pribadi yang lemah lembut terhadap istrinya. Beliau adalah lelaki yang romantis. Beliau tidak membalas kemarahan istrinya, Aisyah, dengan kemarahan. Beliau justru memijit hidung Aisyah, lalu berkata, “Aisyah, bacalah doa: Ya Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan dalam hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.”

Selepas bulan Ramadhan ini, mari kita rawat kasih sayang Rasulullah di dalam jiwa kita masing-masing. Mari kita sirami dan pupuk kasih sayang itu kepada keluarga dan sesame saudara.

Khutbah kedua

الله أكبر 5x الله أكبر. الله أكبر. لا إله إلا الله، الله أكبر. الله أكبر ولله الحمد.الحمد لله رب العالمين، وعد المحسنين بالعطاء الجزيل، وحذر الكافرين والمنافقين من العذاب المهين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له مخلصًا له الدين، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله المبعوث رحمة للعالمين صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين.

Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Ibadah puasa melatih diri kita untuk menahan diri dan memperbaiki perilaku-perilaku buruk di masa lalu. Ibadah puasa kita harus mampu mengingatkan kita pesan Rasulullah Saw. Ketika beliau ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke surga dan neraka.

سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ اْلجَنَّةَ؟ قَالَ: تَقْوَى اللهِ وَ حُسْنُ اْلخُلُقِ وَ سُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ قَالَ: اْلفَمُ وَ اْلفَرَجُ

Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga?. Beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”. Beliau juga ditanya tentang apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka?. Beliau menjawab, “Mulut dan farji (kemaluan)”.(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

Di era digital ini, ruang obrolan kita semakin luas. Bukan hanya mulut yang harus dijaga, tetapi juga tulisan dan jari jemari kita. Semoga Ramadhan kali ini mampu memperbaiki ketakwaan kita dan mempercantik akhlak kita kepada sesama, baik di hadapan wajah mereka maupun di belakang punggung mereka. Yang zahir, maupun yang batin. Kita menjadi pribadi yang baik terhadap tetangga, teman satu pengajian maupun beda pengajian, rekan-rekan kerja di kantor, dan semua saudara, baik yang seiman maupun bukan seiman. Kita tunjukkan nilai Islam yang sesungguhnya. Islam yang digambarkan indah seperti perangai rasulullah. Islam yang menebarkan keselamatan dan kedamaian seperti nilai-nilai yang diaajarkan Rasulullah.

Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Mari kita tutup khutbah Idul fitri ini dengan berdoa. Kita tumpahkan harapan kita kepada Allah Swt, baik untuk kebaikan diri kita sendiri, kebaikan keluarga, istri dan anak-anak kita, kebaikan orang-orang di sekitar kita, dan kebaikan negeri kita tercinta. Semoga Allah mengaruniai kita ketenteraman jiwa, kekuatan iman, kelapangan hidup, dan pemimpin yang mencintai Allah dan Allah pun mencintainya.

اللَّهُم انصر الِاسلَامَ وأعزَّ المسلمين ، االلَّهُم وَحد صُفوفَ المسلمين ، اللهُم احفظ المسلمين فى .كل مكانٍ يا ربَّ العالمين

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ اليَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا ، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

.

عباد الله :إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد.🍃

Wassalamuálaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Rotterdam, 1 Syawal 1440 H/4 Juni 2019

Disampaikan di Indonesische Stichting Rotterdam – Rotterdam

Foto fitur diambil dari: https://kicaunews.com/2017/06/24/keutamaan-hari-raya-idul-fitri/

 

Ahmad Fuady

Bermula dari sebuah blog kecil bernama farranasir.multiply.com yang kini telah almarhum, situs ini kemudian menjadi ladang menabur apa saja yang berkecamuk di dalam kepala saya. Itu saja.

Jejak saya yang lain dapat saja Anda temukan di mana saja, baik atas nama saya atau sudah diaku-aku oleh orang lain di halaman mereka. Tidak apalah. Yang otentik itu bukankah hanya Tuhan?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Latest from Blog

Kelas Standar JKN Setengah Hati

Kita menghadapi masyarakat yang tersegregasi. Sebagian—juga karena keterpaksaan—dapat menerima jika mereka harus antre berjam-jam sejak subuh

Populisme Vaksin

Vaksin Nusantara terus melenggang meski diterpa banyak penolakan. Bahkan, Terawan Agus Putranto dengan sangat demonstratif memeragakan