Maghrib yang Hilang

1 min read

Selepas lebaran, maghrib hilang dari ingatan. Padahal, sebulan lalu kita hafal kapan tibanya: jamnya, menitnya. Sebulan lalu, kita mengatur di mana kita akan habiskan maghrib bersama, kalau perlu berikut isya dan tarawihnya. Kita merayakannya di pinggir jalan dengan kolak, es buah, dan gorengan, juga martabak dan aneka jajanan. Kita bergembira dengan maghrib. Kepada maghrib pula kita menggantungkan harapan agar tunai puasa yang menyebabkan lapar dan dahaga.

Lepas sudah satu pekan, kita tak lagi ingat jam dan menit berapa maghrib akan ditunaikan di speaker-speaker masjid. Meja makan kosong. Jalan raya padat hanya dengan asap knalpot dan klakson yang bersahutan. Ia berubah dari kegembiraan yang meletup-letup menjadi gundah dan resah di tengah jalan.

Di mana kita menghabiskannya sekarang?

Tak ada yang peduli lagi berapa banyak jumlah iklan yang bersesakan menjelangnya di televisi. Tidak juga debat kecil tentang stasiun televisi mana yang paling cepat mencapai maghrib dan menyetel adzan, kultum menjelang maghrib mana yang paling apik, doa berbuka mana yang paling unik, juga suara muadzin mana yang paling syahdu didengar.

Maghrib sudah hilang, kata mereka. Yang tertinggal hanyalah sahutan adzan dari menara yang kepayahan. Tapi, bukanlah ia hilang, sesungguhnya. Yang tidak nampak, bukan berarti selalu tak ada. Seringkali, ia tidak terlihat karena kita tak pernah sungguh-sungguh mencarinya, menujunya.

Karena sesungguhnya maghrib selalu semarak dengan doa. Mungkin kita yang enggan lagi menjumpainya.

Rotterdam, Syawal 1438

Gambar diambil dari: http://ternakmania.website/meme-azan-magrib.html

 

Ahmad Fuady

Bermula dari sebuah blog kecil bernama farranasir.multiply.com yang kini telah almarhum, situs ini kemudian menjadi ladang menabur apa saja yang berkecamuk di dalam kepala saya. Itu saja.

Jejak saya yang lain dapat saja Anda temukan di mana saja, baik atas nama saya atau sudah diaku-aku oleh orang lain di halaman mereka. Tidak apalah. Yang otentik itu bukankah hanya Tuhan?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Latest from Blog

Kelas Standar JKN Setengah Hati

Kita menghadapi masyarakat yang tersegregasi. Sebagian—juga karena keterpaksaan—dapat menerima jika mereka harus antre berjam-jam sejak subuh

Populisme Vaksin

Vaksin Nusantara terus melenggang meski diterpa banyak penolakan. Bahkan, Terawan Agus Putranto dengan sangat demonstratif memeragakan