Dalam perjalanan udara yang lain, sebuah film berbahasa Spanyol, “El Mal Ajeno” membuat saya berefleksi kembali. Diego, dokter ruang emergensi, rawat intensif, dan nyeri, belakangan kehilangan rasa empati ketika merawat pasiennya karena beban kerja yang tinggi dan soalan keluarga. Semua ditangani sesuai teori dan bukti ilmiah. Jika tak ada harapan hidup, maka ia katakan begitu adanya. Jika kaki pasien akan membusuk, maka ia sebutkan bahwa sekian hari lagi kakinya membusuk. Pada satu sore, ia ditembak –namun, tidak sampai meninggal, dan kembali sambil membawa pesan: menjaga kehidupan seorang pasiennya yang berkali-kali ia yakini tak punya harapan hidup lagi.
Lanjutkan membaca Sentuhan yang Baik →