hujan memaksa kayuh kita menepi
memungut kenangan yang tak jua sepi
kita yang berboncengan di bawah hujan
tak punya kita atap, kecuali pelukan
ketika gembos ban di jalanan
dan mesin mati saat kebanjiran
perutmu sudah membuncit, Sayang
kita merapat di emper warung yang padat
selepas kau tak mengerti: harus duka atau bahagia
yang tumbuh dalam perutmu menerbitkan asa
lagi setelah harapan yang tertunda
ia pula yang memaksa gurumu berkata
: tak perlulah ke rumah sakit dulu. istirahatlah
yang kecil tumbuh dalam perutmu, Sayang
kini menepuk-nepuk pundakku dan tertawa
: jalan saja, Buya. hujan pun tak apa. aku tak gentar
lupa kita, ia telah besar
dan tak takut hujan, sejak dalam kandungan
Rotterdam, Januari 2017