Anak Hujan

1 min read

anak-hujan

hujan memaksa kayuh kita menepi

memungut kenangan yang tak jua sepi

kita yang berboncengan di bawah hujan

tak punya kita atap, kecuali pelukan

ketika gembos ban di jalanan

dan mesin mati saat kebanjiran

perutmu sudah membuncit, Sayang

kita merapat di emper warung yang padat

selepas kau tak mengerti: harus duka atau bahagia

yang tumbuh dalam perutmu menerbitkan asa

lagi setelah harapan yang tertunda

ia pula yang memaksa gurumu berkata

: tak perlulah ke rumah sakit dulu. istirahatlah

yang kecil tumbuh dalam perutmu, Sayang

kini menepuk-nepuk pundakku dan tertawa

: jalan saja, Buya. hujan pun tak apa. aku tak gentar

lupa kita, ia telah besar

dan tak takut hujan, sejak dalam kandungan

Rotterdam, Januari 2017

Ahmad Fuady

Bermula dari sebuah blog kecil bernama farranasir.multiply.com yang kini telah almarhum, situs ini kemudian menjadi ladang menabur apa saja yang berkecamuk di dalam kepala saya. Itu saja.

Jejak saya yang lain dapat saja Anda temukan di mana saja, baik atas nama saya atau sudah diaku-aku oleh orang lain di halaman mereka. Tidak apalah. Yang otentik itu bukankah hanya Tuhan?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Latest from Blog

Kelas Standar JKN Setengah Hati

Kita menghadapi masyarakat yang tersegregasi. Sebagian—juga karena keterpaksaan—dapat menerima jika mereka harus antre berjam-jam sejak subuh

Populisme Vaksin

Vaksin Nusantara terus melenggang meski diterpa banyak penolakan. Bahkan, Terawan Agus Putranto dengan sangat demonstratif memeragakan